Melarang Anak Tak Perlu Pakai Kata "Jangan", Karena ini Akibat Buruknya

A :" Adek, jangan diambil itu....!
B:" Tapi bun...!

A :" Kalau bilang jangan, ya jangan ?



Apakah bunda sering seperti itu pada anak? sebaiknya jangan seperti itu ya bun, sebab melarang anak dengan menggunakan kata "JANGAN" itu tak baik. Bunda bisa menggannti kata jangan dengan kalimat berikut...

Anak memang butuh dibatasi untuk menghadirkan perasaan nyaman dan aman.

Tapi ada banyak cara lain untuk menolak keinginan anak atau mendisiplinkannya.

Tanpa harus selalu bilang "Jangan!". Banyak ahli parenting percaya, terlalu banyak kata "jangan" hadir dalam keseharian si kecil bisa bikin ia frustrasi dan akhirnya tantrum.


Bayangkan saja, kalau kita diteriaki orang lain "jangan lakukan ini itu", pasti kita akan merasa terhambat dan bingung karena tidak ada alternatif lain.


Tapi apakah mengatakan jangan pada anak itu baik atau buruk sih sebenarnya?

Agar Anda bisa mempertimbangkan mana cara yang paling sesuai untuk anak Anda, simak dulu ulasan berikut ini sebagaimana dikutip hellosehat.com

Mengatakan “tidak” pada anak itu penting

Melarang anak, terutama anak di bawah lima tahun (balita) dengan kata “tidak” atau “jangan” adalah salah satu cara untuk memperlihatkan ketegasan Anda.

Kata-kata tersebut mengandung nada memerintah sehingga pesan yang akan diterima oleh anak jadi lebih berpengaruh daripada ketika Anda mencari-cari alasan lain atau bicara berputar-putar.

Dengan mengatakan “tidak”, anak juga akan belajar soal batasan-batasan perilaku yang bisa diterima.

Jika Anda tak terlalu sering menggunakan kata-kata “tidak” dan “jangan”, anak pun akan belajar bahwa jika Anda sudah mengucapkannya, berarti Anda benar-benar serius.



Selain itu, mengatakan “tidak” atau “jangan” juga bisa berdampak positif pada anak.

Jika Anda mengucapkannya dengan nada yang tenang tetapi tegas, bukan sambil berteriak marah atau menangis putus asa, anak Anda akan belajar untuk memahami bahwa tidak semua penolakan adalah hal yang buruk.

Selama Anda mengatakan “tidak” yang disertai dengan penjelasan yang positif, anak akan menghargai maksud Anda.

Dengan begitu, anak pun akan mencontoh Anda ketika ia akan mengatakan “tidak”. Alih-alih menggunakannya sebagai senjata saat merengek dan bersikeras, anak hanya akan mengatakan “tidak” jika ia memiliki alasan yang jelas dan hanya pada saat-saat tertentu saja.

Maka, mengatakan “tidak” bukanlah hal yang haram hukumnya. Selama Anda bisa mengemas kata-kata tersebut dengan bijak, anak pun akan meniru teladan yang Anda berikan.

Yang perlu diperhatikan saat mengatakan “tidak” pada anak

Banyak orang tua yang cemas dengan penggunaan kata “tidak” untuk melarang anak karena sifat dari kata ini yang dipercaya mengandung makna negatif.

Beberapa orang juga meyakini bahwa mengatakan “tidak” atau “jangan” pada anak justru akan membangunkan sifat pemberontak dalam diri anak. Anak yang kerap mendengar larangan tersebut membuatnya kebal terhadap kata-kata tersebut.

Anak pun akan terus mencoba dan menguji sejauh mana kata-kata tersebut mempan sebagai metode mendisiplinkan dirinya.

Selain itu, yang juga dikhawatirkan adalah anak akan mengikuti kebiasaan orang tuanya untuk mengatakan “tidak” atau “jangan” pada orang lain.

Maka, yang perlu diperhatikan adalah cara Anda menyampaikan larangan tersebut. Pastikan bahwa Anda tidak terlalu sering menggunakan kata-kata tersebut supaya efeknya tetap ampuh dalam mendisiplinkan anak.

Cara melarang anak tanpa mengatakan “tidak”



Ada banyak cara lain untuk melarang atau menegur anak tanpa mengatakan “tidak” dan “jangan”. Anda bisa mencoba beberapa siasat di bawah ini agar maksud Anda tetap tersampaikan pada anak dengan baik.

Jelaskan alasannya

Apabila anak Anda memainkan makanannya, cobalah untuk mengingatkannya dengan nada yang tegas dan alasan yang jelas seperti, “Makanan itu untuk dimasukkan ke dalam mulut, bukan untuk diaduk-aduk seperti itu.”

 Anak pun akan belajar bahwa Anda tidak menyetujui perilakunya karena memang yang ia lakukan tidak tepat, bukan hanya karena “pokoknya tidak boleh”.

Contoh lain misalnya anak Anda membiarkan kamarnya berantakan, cobalah untuk menegurnya dengan mengatakan, “Kamarmu seharusnya untuk beristirahat, bukan untuk diacak-acak sampai berantakan. Lihat, sekarang tempat tidurmu tak bisa dipakai tidur lagi.”

Memberikan contoh langsung

Anak belajar tak hanya dari kata-kata Anda, tetapi juga melalui perbuatan Anda. Jika anak Anda selalu bertengkar dengan kakak atau adiknya karena berebut mainan, beri contoh bahwa berbagi dan saling pinjam itu lebih baik.


Anda bisa sengaja bermain-main bersama dengan anak dan mainannya. Kemudian Anda bisa pura-pura meminjam mainan yang sedang dimainkan oleh anak dengan sopan. Jika ia tidak mau meminjamkan mainannya, mengalahlah.

Saat anak Anda mencoba merebut mainan dari tangan Anda, ajak anak untuk bermain bersama dengan nada yang tetap tenang.

Tunjukkan bahwa mainan tersebut bisa dipakai bersama. Anda juga bisa memberikannya pada anak dengan syarat seperti, “Silakan Nak, tapi nanti kalau sudah selesai kembalikan lagi pada Ibu, ya.” Dengan begitu, anak pun belajar bagaimana caranya meminjam sesuatu dan apa yang harus dilakukan kalau seseorang berusaha mengambil sesuatu darinya. Ingat, proses ini memang harus dilakukan berkali-kali sampai anak menghafal polanya. Bersabarlah dan beri waktu bagi anak untuk memahami maksud Anda.

Ajak anak untuk bicara baik-baik

Hampir setiap orang tua pasti pernah menghadapi anak yang merajuk atau menangis meraung-raung supaya keinginannya dituruti. Ketika hal ini terjadi, mungkin naluri yang muncul adalah mengatakan

Jangan menangis seperti itu,” pada anak. Daripada mengatakan hal tersebut, lebih baik sampaikan dengan positif seperti, “Ayah tahu kamu marah, tapi kalau kamu menangis seperti itu Ayah jadi susah memahami apa yang kamu mau. Coba sampaikan pelan-pelan pada Ayah,”.

Dengan pendekatan seperti itu, anak akan belajar bahwa menangis dan merajuk tidak akan membuat keinginannya terpenuhi, tapi justru dengan bicara baik-baik.

Setelah Anda berhasil membujuk anak untuk menenangkan diri, anak akan jadi lebih mudah menerima penjelasan dan larangan yang Anda berikan. Ketika anak sudah setuju dengan kata-kata Anda, puji dan ucapkan terima kasih agar anak menyadari bahwa Anda sangat menghargai perilakunya yang kooperatif. Dari situ anak pun belajar pentingnya mendengarkan dan saling berkompromi.