RAKHINE – Kelompok-kelompok HAM menyerukan pemerintah Myanmar untuk mengizinkan badan-badan bantuan menyalurkan keperluan pokok ke negara bagian Rakhine di Myanmar utara.
Dilaporkan BBC, seruan itu disampaikan oleh Amnesty International dan Human Rights Watch (HRW) pada Jumat kemarin (21/10/2016).
Mereka meminta pemerintah Myanmar menempuh langkah-langkah lebih besar guna memungkinkan bantuan mencapai warga Muslim Rohingya dan kelompok-kelompok lain di negara bagian yang bergolak itu.
Menurut PBB, terdapat setidaknya 50.000 warga yang tidak mendapat bantuan makanan padahal sebelumnya sudah dijadwalkan.
Di samping itu, banyak penduduk juga tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
Kondisi tersebut terjadi setelah daerah di sekitar Maungdaw, Negara Bagian Rakhine, dekat dengan perbatasan antara Myanmar dengan Bangladesh ditutup oleh aparat keamanan pasca serangan terkoordinasi terhadap pos-pos penjagaan beberapa waktu lalu. Sembilan personel polisi tewas dalam peristiwa itu.
Dilaporkan BBC, seruan itu disampaikan oleh Amnesty International dan Human Rights Watch (HRW) pada Jumat kemarin (21/10/2016).
Mereka meminta pemerintah Myanmar menempuh langkah-langkah lebih besar guna memungkinkan bantuan mencapai warga Muslim Rohingya dan kelompok-kelompok lain di negara bagian yang bergolak itu.
Menurut PBB, terdapat setidaknya 50.000 warga yang tidak mendapat bantuan makanan padahal sebelumnya sudah dijadwalkan.
Di samping itu, banyak penduduk juga tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
Kondisi tersebut terjadi setelah daerah di sekitar Maungdaw, Negara Bagian Rakhine, dekat dengan perbatasan antara Myanmar dengan Bangladesh ditutup oleh aparat keamanan pasca serangan terkoordinasi terhadap pos-pos penjagaan beberapa waktu lalu. Sembilan personel polisi tewas dalam peristiwa itu.
Sejak saat itu, operasi militer di sana dilaporkan telah menewaskan setidaknya 30 orang Rohingya Muslim yang merupakan kelompok minoritas di Myanmar.
Namun karena wartawan dilarang melakukan peliputan di daerah-daerah yang rawan maka jumlah korban di pihak Rohingya tersebut tidak bisa diverifikasi.
Negara Bagian Rakhine sudah lama mengalami ketegangan antara penduduk beragama Buddha dan minoritas Rohingya yang pada umumnya beragama Islam.
Kalangan nasionalis Buddha menganggap etnis Rohingya, yang jumlahnya diperkirakan mencapai satu juta orang, sebagai pendatang dari Bangladesh, walaupun sebagian besar dari mereka telah tinggal di Myanmar selama turun temurun.
Pemerintah Myanmar sejauh ini menolak memberikan status kewarganegaraan kepada mereka. Salah satu akibatnya, banyak orang Rohingya melarikan diri ke luar Myanmar dan mengungsi ke negara-negara lain, termasuk ke Indonesia dan Malaysia.