Jelang perayaan natal umat kristiani, ramai diperbincangkan bagaimana
hukumnya seorang muslim mengucapkan selamat natal dan mengikuti
perayaannya. Para ulama berpendapat tegas haram, namun ada segelintir
orang yang membolehkan atas nama 'toleransi'. Bagaimana pandangan Buya
Yahya soal ini? Berikut penjelasan ulama kharismatik asal Cirebon itu.
Menurut Buya, natal itu adalah perayaan kelahiran Yesus yang dianggap sebagai Tuhan, jika kita mengucapkan selamat berarti ikut mengukuhkan Yesus yang dianggap Tuhan oleh umat kristiani.
"Inilah permasalahan yang perlu dijelaskan supaya kita tidak ikut-ikutan. Jangan sampai terjebak dengan dalih toleransi yang sesungguhnya itu bisa merusak akidah dan keimanan kita. Jangan main-main, karena derajatnya bisa kafir dalam menyatakan ini," tegas Buya.
Pimpinan Ponpes Al Bahjah Cirebon ini menambahkan, Islam sangat menghargai orang diluar Islam tapi masalah keyakinan tidak boleh dicampuradukkan.
"Tidak ada dalam Islam yang namanya toleransi beragama, yang ada ialah kewajiban menghormati agama diluar islam. Kita harus jadi tetangga yang baik buat mereka, jika mereka bertamu harus kita hormati, kalau mereka lapar kita wajib membantu, kalau mereka sakit kita harus mengunjungi, itu semua diperintahkan oleh Rasul Saw dan ini bukan toleransi tapi kewajiban. Inilah kebenaran dalam Islam," jelas Buya.
Namun, kata Buya, selain ada kewajiban, ada juga hal-hal yang tidak boleh dilanggar. "Misalnya kita tidak boleh menikahkan anak dengan tetangga yang berbeda agama, itu aturan Islam dan orang diluar Islam harus memahami itu. Bahkan jika di agama lain ada aturan yang semacam itu, orang Islam juga harus memahami dan tidak boleh tersinggung," kata Buya.
"Jadi dalam setiap agama ada kewajiban dan larangan yang harus dipegang dan dihormati, namun karena hal ini tidak direnungi akhirnya jadi pada emosi," tambahnya.
"Wahai orang kristen, umat Islam juga punya hari raya idul fitri, idul adha, kami juga punya peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Pernahkah ada fatwa dari umat Islam bahwa siapa saja orang Kristen yang tidak mengucapkan selamat hari raya idul fitri, idul adha, dan maulid itu salah, tidak toleran. Tidak ada, kami tidak menuntut kalian untuk mengucapkan selamat kepada kami karena itu urusan masing-masing agama,"
Menurut Buya, jika pandangan seimbang seperti ini insyaallah akan ada kelembutan hati. Dan munculnya reaksi selama ini justru dari ustaz aneh, ustaz yang sakit, yang membolehkan ucapan selamat natal.
"Ketahuilah, disaat orang nasrani mengadakan natalan mengukuhkan Tuhan Yesus itu artinya merendahkan Allah Swt Tuhan kita, dan anda punya Tuhan Allah direndahkan lalu anda mengucapkan selamat wahai orang nasrani atas penghinaan terhadap Tuhanku, inikan sakit namanya. Coba tolong direnungi," jelas Buya.
Soal saling menghormati dengan orang yang beda keyakinan, Buya punya pengalaman. Ia bercerita, beberapa tahun lalu ketika perayaan maulid berdekatan dengan natal, Buya pernah mengundang kenalannya yang kristen untuk mengikuti perayaan maulid, namun kenalannya menolak hadir karena tidak mengakui nabi Muhammad Saw. Buya menghormati itu, dan tidak marah karena itulah makna kebersamaan. Setelah itu saat perayaan natal, kepada kenalannya itu Buya mengatakan bahwa ia tidak akan mengucapkan selamat natal dan tidak akan datang ke acara natal bahkan ia katakan haram. Kenalannya menjawab tidak mengapa karena Buya kan tidak percaya bahwa Yesus itu Tuhan. Dua-duanya saling memahami tanpa timbul permusuhan.
"Itulah fatwa dia yang saya pegang selama ini, bahwa mengatakan haram soal natal kepada orang kristen itu tidak membuat marah. Justru yang marah itu orang-orang Islam liberal, sekuler, dan picisan itu," tandas Buya.
Sekali lagi Buya berpesan, dalam soal agama itu tidak boleh ikut-ikutan. Jadi jelas, bagi umat Islam bahwa mengucapkan natal, ikut merayakan natal dan ikut perayaan tahun baru masehi itu jelas haram, dan kalau meyakini yesus itu tuhan maka murtad hukumnya. Inilah dalil yang benar dijelaskan para ulama-ulama sholeh terdahulu, jadi tidak perlu basa-basi dan ragu.
"Kalaupun kita memakai istilah toleransi, toleransi itu maknanya bukan menuntut orang harus ikut kita. Tetapi toleransi itu jika orang tidak bisa ikut kita, kita memahaminya. Toleransi itu jika anda tidak sama dengan saya maka saya maafkan, disaat anda tidak mengucapkan selamat hari raya idul fitri maka saya maafkan karena anda tidak meyakini hari raya saya. Sebaliknya, kalau saya tidak mengucapkan selamat natal anda tidak boleh marah, jika anda marah karena menuntut harus mengikuti maunya anda berarti anda tidak mengerti toleransi," pungkas Buya.
Menurut Buya, natal itu adalah perayaan kelahiran Yesus yang dianggap sebagai Tuhan, jika kita mengucapkan selamat berarti ikut mengukuhkan Yesus yang dianggap Tuhan oleh umat kristiani.
"Inilah permasalahan yang perlu dijelaskan supaya kita tidak ikut-ikutan. Jangan sampai terjebak dengan dalih toleransi yang sesungguhnya itu bisa merusak akidah dan keimanan kita. Jangan main-main, karena derajatnya bisa kafir dalam menyatakan ini," tegas Buya.
Pimpinan Ponpes Al Bahjah Cirebon ini menambahkan, Islam sangat menghargai orang diluar Islam tapi masalah keyakinan tidak boleh dicampuradukkan.
"Tidak ada dalam Islam yang namanya toleransi beragama, yang ada ialah kewajiban menghormati agama diluar islam. Kita harus jadi tetangga yang baik buat mereka, jika mereka bertamu harus kita hormati, kalau mereka lapar kita wajib membantu, kalau mereka sakit kita harus mengunjungi, itu semua diperintahkan oleh Rasul Saw dan ini bukan toleransi tapi kewajiban. Inilah kebenaran dalam Islam," jelas Buya.
Namun, kata Buya, selain ada kewajiban, ada juga hal-hal yang tidak boleh dilanggar. "Misalnya kita tidak boleh menikahkan anak dengan tetangga yang berbeda agama, itu aturan Islam dan orang diluar Islam harus memahami itu. Bahkan jika di agama lain ada aturan yang semacam itu, orang Islam juga harus memahami dan tidak boleh tersinggung," kata Buya.
"Jadi dalam setiap agama ada kewajiban dan larangan yang harus dipegang dan dihormati, namun karena hal ini tidak direnungi akhirnya jadi pada emosi," tambahnya.
"Wahai orang kristen, umat Islam juga punya hari raya idul fitri, idul adha, kami juga punya peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Pernahkah ada fatwa dari umat Islam bahwa siapa saja orang Kristen yang tidak mengucapkan selamat hari raya idul fitri, idul adha, dan maulid itu salah, tidak toleran. Tidak ada, kami tidak menuntut kalian untuk mengucapkan selamat kepada kami karena itu urusan masing-masing agama,"
Menurut Buya, jika pandangan seimbang seperti ini insyaallah akan ada kelembutan hati. Dan munculnya reaksi selama ini justru dari ustaz aneh, ustaz yang sakit, yang membolehkan ucapan selamat natal.
"Ketahuilah, disaat orang nasrani mengadakan natalan mengukuhkan Tuhan Yesus itu artinya merendahkan Allah Swt Tuhan kita, dan anda punya Tuhan Allah direndahkan lalu anda mengucapkan selamat wahai orang nasrani atas penghinaan terhadap Tuhanku, inikan sakit namanya. Coba tolong direnungi," jelas Buya.
Soal saling menghormati dengan orang yang beda keyakinan, Buya punya pengalaman. Ia bercerita, beberapa tahun lalu ketika perayaan maulid berdekatan dengan natal, Buya pernah mengundang kenalannya yang kristen untuk mengikuti perayaan maulid, namun kenalannya menolak hadir karena tidak mengakui nabi Muhammad Saw. Buya menghormati itu, dan tidak marah karena itulah makna kebersamaan. Setelah itu saat perayaan natal, kepada kenalannya itu Buya mengatakan bahwa ia tidak akan mengucapkan selamat natal dan tidak akan datang ke acara natal bahkan ia katakan haram. Kenalannya menjawab tidak mengapa karena Buya kan tidak percaya bahwa Yesus itu Tuhan. Dua-duanya saling memahami tanpa timbul permusuhan.
"Itulah fatwa dia yang saya pegang selama ini, bahwa mengatakan haram soal natal kepada orang kristen itu tidak membuat marah. Justru yang marah itu orang-orang Islam liberal, sekuler, dan picisan itu," tandas Buya.
Sekali lagi Buya berpesan, dalam soal agama itu tidak boleh ikut-ikutan. Jadi jelas, bagi umat Islam bahwa mengucapkan natal, ikut merayakan natal dan ikut perayaan tahun baru masehi itu jelas haram, dan kalau meyakini yesus itu tuhan maka murtad hukumnya. Inilah dalil yang benar dijelaskan para ulama-ulama sholeh terdahulu, jadi tidak perlu basa-basi dan ragu.
"Kalaupun kita memakai istilah toleransi, toleransi itu maknanya bukan menuntut orang harus ikut kita. Tetapi toleransi itu jika orang tidak bisa ikut kita, kita memahaminya. Toleransi itu jika anda tidak sama dengan saya maka saya maafkan, disaat anda tidak mengucapkan selamat hari raya idul fitri maka saya maafkan karena anda tidak meyakini hari raya saya. Sebaliknya, kalau saya tidak mengucapkan selamat natal anda tidak boleh marah, jika anda marah karena menuntut harus mengikuti maunya anda berarti anda tidak mengerti toleransi," pungkas Buya.
Tonton Video Penjelasan Buya Yahya Soal Ucapan Selamat Natal dan Toleransi
sumber : suara-islam.com